Album Religi Sumber Rejeki di Bulan Suci Bukan cuma pedagang kaki lima yang ketiban berkah di bulan ramadhan ini, bukan hanya para pedagang di pasar traditional yang kebanjiran order di bulan suci ini, tapi para musisi juga merasakan barokahnya. Berlabel album religi beberapa musisi tanah air menyuguhkan siraman rohani diiringi nada-nada melodius.Tidak penting apakah lagu itu muncul dari hasil meditasi spiritual, kesalehan ritual dan sosial pribadi masing-masing atau hanyalah nafsu untuk memenangkan persaingan - tepatnya pundi rupiah - di bulan yang suci nan berkah ini, sungguh bukan hal yg penting untuk dibawa ke meja diskusi. Ada Gigi, Ungu, Radja, Marvells, Vagetoz, Afghan, siapa lagi? Mari kita ambil ballpoint untuk membuat list siapa-siapa saja yang membawa label album religi, barangkali ada yang saya lewatkan dan lupakan. Dan sebenarnya tak perlu satu album, satu-dua-tiga lagu sudah cukup, untuk mejeng di soundtrack sinetron, back song TV ads atau jadi Ring Back Tone yang dimaksudkan untuk menambah nuansa religius ketika memasuki bulan ramadhan. Hasil penjualan dari Ring Back Tone aka RBT diperuntukan bagi produser, provider, distributor dan si artist. Artist umumnya akan memperoleh bagian 5-10% depend on ke-eksis-an sang artist, misalnya presentase Band Ungu tentu akan jauh lebih tinggi ketimbang Vagetoz ataupun Marvels. Jika RBT dijual per bulan Rp. 9,900 maka si artist akan mendapatkan Rp. 500 per lagu - diambil dari presentase terkecil yaitu 5%. Jika lagu diunduh 1 juta orang maka si artist akan mengeruk penghasilan 500 juta. Itu baru dari RBT belum dari penjualan konvensional berupa kaset dan CD, kemudian soundtrack sinetron dan juga back song TV ads. Pundi rupiah akan mengalir. Bulan ramadhan memang membawa berkah tak terkecuali bagi industri musik yang sangat rentan dgn kapitalisme. Siapa yang tidak ngiler dan pengen??? Tak jadi soal harus ber-fashion ala alim ulama, memakai baju muslim, berkopyah, tak jarang juga bersurban. Tak masalah melepas anting-anting selama bulan ramadhan dan mengesampingkan sejenak budaya pop hedonis. Asal rupiah mengalir semua bisa dikondisikan.